TUGU PERTEMPURAN SUNGAI PISANG
Tugu ini dibangun tahun 1987 untuk memperingati terjadinya pertempuran sengit di Sungai Pisang. Sungai Pisang dalam pembagian wilayah perjuangan kemerdekaan berada di daerah Front Selatan. Daerah ini lebih dominan dengan perairan lautnya. Sebelum ke Sungai Pisang ALRI membuat beberapa pos pertahanan dan pengintaian, yaitu di Sungai Barameh untuk menghadang pasukan Belanda yang akan mengisi bahan bakar dari Taluak Bayua. Penghadangan ini ternyata menimbulkan kerugian dan menganggu kepentingan Belanda dari dan ke Taluak Bayua.
Belanda kemudian melakukan tindakan balasan pada bulan September 1946. Pasukan Belanda menyerang pos ALRI di Sungai Barameh dari darat dan laut. Dari laut, Belanda menurunkan lima motorboat lengkap dengan pasukannya melakukan penembakan untuk melindungi pasukan darat menuju sasaran. Kapten Amir Eyak dari ALRI yang saat itu sedang bertugas saat itu dibantu oleh beberapa Tentara Republik Indonesia (TRI) berusaha dengan gigih menahan gerak pasukan Belanda. Namun karena kalah jumlah dan perlengkapan senjata akhirnya mereka mengundurkan diri sehingga pertahanan ALRI ini berhasil diduduki Belanda.
Dari sini pasukan Belanda kemudian melanjutkan serangan dengan merebut pertahanan di Taluak Kabuang. Setelah Sungai Barameh dan Taluak Kabuang dikuasai akhirnya ALRI mendirikan pos di Sungai Pisang. Ternyata pasukan Belanda juga mengejar ke Sungai Pisang ini. Pada suatu hari di bulan September 1946, sore menjelang malam tiga motor boat Belanda membawa pasukannya kesana. Sebelum mendarat pasukan
Belanda melakukan tembakan ke darat untuk mengamankan tempat pendaratannya. Tentu saja kedatangan Belanda ini diketahui, namun pasukan ALRI tidak seketika balas menembak. Pasukan Belanda mengira mereka sudah aman karena tidak ada tembakan balasan.
Namun begitu ketiga motor boat itu sudah mendarat dan menurunkan pasukannya, pasukan ALRI yang semua bersembunyi langsung memberondongnya dengan tembakan gencar.
Pertempuran sengit pun terjadi di kedua pihak.
Pasukan
ALRI dengan jumlah pasukan dan persenjataan terbatas telah menunjukan
keberanian yang luar biasa. Belanda tidak mengira akan mendapat serangan
mendadak tersebut. Karena didukung oleh kelengkapan tempurnya akhirnya
pasukan ALRI dapat didesak. Enam orang gugur dalam peristiwa pertempuran
Sungai Pisang itu, yaitu Sersan Robinhood, Wagimin, Iskandar, Hanafiah,
dan dua orang lainnya hilang tidak diketahui keberadaan atau
jenazahnya.