TUGU PEMUDA JONG SUMATRANEN BOND
Jong Sumatranen Bond (SB) merupakan sebuah badan pemuda regional yang didirikan oleh generasi muda pelajar asal Sumatera di Batavia, Jakarta, pada hari Minggu Desember 1917. JsB didirikan di sebuah bangunan yang berdekatan dengan Gedung STOVIA, di tempat yang sama dengan Bo, Tri Koro Dharmo, dan organisasi pemuda kedaerahan lainnya. Bangunan tersebut adalah gedung Volkslectuur Weltevreden, yang berfungsi sebagai tempat rapat dan juga sebagai lokasi pendirian JsB. Menurut Magdalia Alfian, kemungkinan banyak pemuda Sumatera yang bekerja di volkslectuur pada saat itu, yang dipimpin oleh Sutan Pamuntjak yang berasal dari Minangkabau.
Pada hari Minggu, tanggal 9 Desember 1917, terjadi pembentukan Jong Sumatranen Bond. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh terkemuka dari Sumatera seperti Abdoel Moeis, Soetan Temenggung, dan beberapa lainnya. Pada hari itu, Haji Agus Salim yang sebenarnya juga diundang harus absen karena ada halangan. Selain itu, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh siswa-siswa sekolah menengah di Jakarta (Batavia) seperti yang berasal dari Rechtschool STOVIA, K w.s. Kweekschool dan sekolah MULO, dua jenis institusi pendidikan yang berbeda
Pada waktu itu, rapat dimulai kira-kira pukul 10 pagi dan dibuka oleh Tengkoe Mansoer dengan didahului ucapan selamat datang kepada yang hadir. Selanjutnya T Mansoer menjelaskan mengenai ide pembentukan USB dan manfaat organisasi tersebut. Juga dilontarkan kecaman mengenai campur tangan pemerintah Belanda yang telah banyak sekali merubah keadaan. Oleh karena itu cara penyesuaian kepada lembaga- lembaga masyarakat merupakan cara yang sungguh tepat. Dalam hal ini T Mansoer menjelaskan Campur tangan pemerintah Belanda telah banyak sekali merubah keadaan pada umumnya. Oleh karena tujuannya yang utama pada saat menanamkan kekuasaan, ialah agar peralihan susunan hukum lama kepada susunan hukum yang baru dapat berlaku tanpa menimbulkan goncangan-goncangan. maka cara penyesuaian kepada lembaga-lembaga masyarakat yang telah ada cara yang sungguh tepatnya
Tujuan serikat ini adalah :
Pasal 1 : Memperkuat ikatan antara para pemuda pelajar Sumatra, dengan menyisihkan semua perbedaan ras, dengan menumbuhkan dan memperkuat saling menghargai di antara para pelajar Sumatra, dan dengan mengajukan suatu tuntutan mutlak kepada setiap anggotanya agar dia menyebut dirinya sebagai orang Sumatra.
Pasal 2 membangkitkan perhatian bagi tanah dan penduduk Sumatra.
Pasal 3 menumbuhkan kesadaran di antara para anggotanya dan menjaga agar mereka terpanggil untuk tampil sebagai pemimpin dan pemandu rakyatnya.
Pasal 4 membangkitkan perhatian bagi dan menyebarkan bahasa Sumatra dan melestarikan serta memajukan seni dan kerajinan Sumatera
Sedangkan cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah
Pasal 1 mempelajari dan menekuni sejarah, bahasa, budaya dan seni Sumatera.
Pasal 2 dengan mengundang orang-orang yang berwenang untuk memberikan ceramah kuliah atau menulis artikel tentang geografi, etnografi. sosial dan sebagainya yang menyangkut bagian daerah Sumatra.
Pasal 3 dengan menerbitkan lembaran Serikat untuk menerbitkan ceramah. kuliah dan monografi yang untuk itu
diperlukan bagi diskusi.
Anggota JSB semakin bertambah maka perlu diadakan kongres. Dimulai dari tanggal 4 Juli 1919, diselenggarakanlah kongresnya yang pertama itu. Meskipun pengurus organisasi berada di Jakarta, namun berdasarkan pertimbangan para anggota kebanyakan adalah orang Minangkabau (Sumatera Barat), maka kongres diadakan di Padang. Kongres hari pertama dihadiri sekitar 3000 peserta. Mereka datang ke tempat Kongres di lapangan fancy-fair milik Sarekat Oesaha. Di antara yang hadir terdapat wakil tinggi pemerintahan seperti Residen Sumatera Barat J.D.I. Le Febvre yang bersimpati kepada kaum muda. Di dalam pertemuan ini, Pengurus Besar (Pusat) mengutus Bahder Djohan, Anas dan Marzuki ke Padang untuk menghadiri kongres tersebut sekaligus mewakili Ketua Pengurus JSB Tengku Mansyur yang tidak dapat datang ke Padang, karena sedang ujian. Mohammad Hatta juga tidak dapat menghadiri acara kongres pertama ini karena sedang mempersiapkan diri berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Selesai Kongres JSB yang pertama itu dibuatlah
sebuah tugu peringatan yang didirikan tidak jauh dari tepi pantai kota Padang,
tepatnya di lapangan segitiga di depan berupa sebuah tugu, puncaknya berbentuk
piramid dan di atas piramid bertengger sebuah bola batu. Di atas tugu itu
ditulis dalam bahasa Belanda.
Tugu ini diresmikan tanggal 6 Juli 1919 pada saat berlangsungnya Kongres Pertama JSB di Padang. Namun sebelumnya peletakan batu pertama dilakukan oleh Mevrouw MJJ. Ahrends Overgaauw istri Tuan Ahrends seorang Asisten Residen yang merangkap sebagai Walikota Padang (Voorzitter Gemeente Padang).
Merupakan tugu tertua yang masih ada sampai saat ini. Dibangun untuk mengenang berdirinya organisasi atau persatuan pemuda se Sumatera sebagai cabang dari perhimpunan pemuda yang berpusat di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa sendiri, tepatnya di Batavia, telah lahir berbagai organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Java, Jong Pasundan dan bentuk gerakan partisipasi lainnya. Semua itu kemudian menjadi tunas pergerakan kaum muda untuk bebas dari belenggu penjajahan, serta awal mencapai kemerdekaan bangsa ini.
Pada peresmian tugu JSB ini, selain dihadiri oleh para pemuda JSB, juga ikut serta mantan Tuanku Marah Oejoeb gelar Maharaja Besar (Panglima Regent Padang), H. Abdullah Ahmad (Pendiri Perguruan Adabiah Padang, 1909), Residen Ahrends dan istri, Pemuda Amir yang dikenal dengan Dr. Amir tampil berpidato mengenai peranan pemuda di masa datang.
Semangat kedaerahan sejak berlangsung Kongres Pemuda I itu, pada tahun 1928 dilebur dalam satu wadah yang disebut Perhimpunan Indonesia. Termasuk JSB dalam suatu rapat pada tanggal 23 Maret 1930 dibubarkan dan diganti dengan Indonesia Muda. Pembubaran dan penggantian nama itu juga berpengaruh terhadap tulisan yang terdapat pada empat sisi bawah tugu. Semulanya bertuliskan :
Sisi Pertama : Monumen J.S.B. 6 Juli 1917 atau 5 Syawal 1335
Sisi Kedua : Tersiarnya Pergerakan Anak Sumatera
Sisi Ketiga : Kekallah Agama Islam
Sisi Keempat : Ter Herinnering v/h le. Kongres Jong Sumatranen Bond
Setelah melalui pidato Mohammad Yamin yang panjang dan menarik perhatian dalam rapat tersebut akhirnya disepakati untuk mempertahankan tulisan Kekallah Agama Islam, atau selalu abadi dan jayalah agama Islam.Pendirian tugu ini murni dari bantuan dan sumbangan dana para pemuda yang terhimpun dalam JSB.