SINERGITAS BLUE ECONOMY DAN GREEN ECONOMY UNTUK KEMAJUAN KOTA PADANG Oleh: Restu Pramona, SS (Arsiparis Ahli Muda pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang)
SINERGITAS BLUE ECONOMY DAN GREEN ECONOMY UNTUK KEMAJUAN
KOTA PADANG
Oleh: Restu Pramona, SS
(Arsiparis Ahli Muda pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang)
Blue Economy dan Green Economy adalah dua istilah asing yang memang masih sangat asing terdengar bagi kita masyarakat awam. Pada awalnya cukup sulit bagi penulis untuk memahami, menelaah dan menginterpretasikan apa itu Blue Economy dan Greean Economy, karena latar belakang pendidikan dan pekerjaan penulis yang sangat jauh dari istilah Blue Economy dan Green Economy. Namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan tema ini dalam bentuk tulisan, dengan mencari referensi sebanyak mungkin, dan merangkai tema ini dalam tulisan, dengan segala keterbatasan pemahaman penulis tentang dua istilah asing tersebut.
Sebelum membahas lebih jauh tentang kontribusi Blue Economy dan Green Economy untuk kemajuan Kota Padang, ada baiknya membahas pengertian dan ruang lingkup dari kedua istilah tersebut.
Sebelum muncul konsep Green Economy, konsep yang sering kita dengar adalah konsep Blue Economy. Blue Economy memiliki beberapa pengertian. Secara umum, Blue Economy didefinisikan sebagai segala kegiatan ekonomi yang berlangsung pada wilayah kelautan. Kegiatan Blue Economy sendiri saat ini juga sudah banyak dilakukan oleh negara kepulauan maupun negara yang memiliki luas lautan yang cukup besar.
Menurut UU Nomor 27 Tahun 2007 Mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Blue Economy adalah kegiatan ekonomi yang terjadi di wilayah pesisir pantai atau pulau-pulau kecil. Sementara Bank Dunia mengartikan Blue Economy sebagai pemanfaatan sumber daya laut yang berwawasan lingkungan yang bisa digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan mata pencaharian sekaligus pelestarian ekosistem laut.
Pada dasarnya, ada berbagai sektor yang termasuk dalam kategori Blue Economy, di antaranya adalah perikanan, energi terbarukan, pariwisata, transportasi air, pengelolaan limbah, dan mitigasi perubahan iklim. Jika semua sektor dikelola dengan konsep berkelanjutan, maka tiap sektor mampu membantu masyarakat untuk hidup sejahtera.
Blue Economy merupakan model pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan. Hal tersebut, merupakan suatu lompatan besar dalam pembangunan dengan meninggalkan praktek ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek. Model pedekatan Blue Economy diharapkan mampu menjawab ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem serta dampak negatif akibat aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dari pasar global. Blue Economy sebagai konsep baru pembangunan kelautan dan perikanan akan diarahkan pada pembangunan ekonomi yang seimbang antara pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan upaya pengelolaan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan.
Konsep Green Economy kemudian diperkenalkan dalam rangka memenuhi komitmen dunia untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang semakin parah dari waktu ke waktu. Kerusakan ini sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran. Untuk menunjukkan komitmen dan kepeduliannya terhadap lingkungan, maka Indonesia telah mencanangkan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan sebagai salah satu dari empat pilar Visi Indonesia Emas 2045. Yang menjadi perhatian dari konsep Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan adalah pentingnya memperhatikan kendala sumber daya alam dan lingkungan terhadap pola pembangunan dan konsumsi, serta pentingnya kesejahteraan untuk generasi mendatang, dengan menitikberatkan pada daya dukung lingkungan, pencapaian keadilan sosial, serta keberkelanjutan ekonomi dan lingkungan.
Jika sebelumnya eksploitasi sumber daya alam untuk pemenuhan ekonomi dilakukan tanpa mempertimbangkan kerusakan lingkungan dan sumber daya yang ada, maka selanjutnya cara ini akan dirombak. Konsep Green Economy akan digunakan untuk menjaga keseimbangan sumber daya alam dan lingkungan. Konsep Green Economy menitikbertkan pada pembangunan yang tidak mengabaikan aspek lingkungan dan menggunakan pendekatan untuk mengefisiensikan sumber daya alam. Konsep Green Economy ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan kemiskinan, mendukung berjalannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berkelanjutan, serta memperluas berbagai jenis lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, dua konsep utama yang sering dibahas adalah Green Economy dan Blue Economy. Kedua konsep ini ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi satu sama lain. Kedua konsep ini saling menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Green Economy berusaha menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan secara umum, sementara Blue Economy mengkhususkan diri dalam pengelolaan sumber daya laut untuk kesejahteraan masyarakat. Keduanya berkontribusi pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan, serta berpotensi meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Peringatan HUT Kota Padang ke-355 (1669-2024) pada tanggal 7 Agustus 2024 lalu, mengangkat tema "Sinergitas Blue Economy and Green Economy" sebagai upaya menunjukkan komitmen Pemerintah Kota Padang untuk bersinergi dengan seluruh elemen dalam meningkatkan perekonomian di bidang kemaritiman. Tema ini sejalan dengan program pemerintah pusat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045.
Sinergitas Blue Economy dan Green Economy di Kota Padang sudah sangat tepat diimplementasikan, mengingat Kota Padang yang memiliki wilayah laut cukup besar. Kota Padang memiliki luas wilayah 1.414,96 km², dimana 720,00 km² adalah wilayah lautan. Dengan luas wilayah lautan yang lebih dari setengah wilayah Kota Padang, bisa dibayangkan betapa banyak potensi Blue Economy yang terdapat di dalamnya, dan betapa banyak potensi Blue Economy yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Namun demkian, sinergitas Blue Economy dan Green Economy harus tetap sejalan.
Potensi Blue Economy yang fokus pada produk kelautan yang bernilai ekonomi, dimana sumber daya laut ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kota Padang. Namun pemanfaat potensi sumber daya laut harus tetap menjaga kesehatan dan keseimbangan ekosistem laut serta pelestarian sumber daya laut yang akan berdampak pada penurunan risiko kerusakan lingkungan, sekalgus menjaga ketersediaan cadangan sumber pangan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.
Potensi laut Kota Padang yang membentang dari Kecamatan Kota Tangah hingga Kecamatan Bungus merupakan anugerah yang dilimpahkan oleh Allah, SWT kepada kota Padang. Laut yang sangat luas ini mendukung potensi ikan yang berlimpah. Sektor perikanan laut dan budidaya merupakan kunci utama bagi ketahanan pangan.
Potensi laut ini memberi manfaat yang sangat banyak bagi masyarakat di Kota Padang, dimana potensi ini dapat menghidupi ratusan hingga ribuan orang dengan profesi sebagai nelayan di Kota Padang.
Pemanfaatan Blue Economy seperti sumber daya laut perikanan yang bernilai ekonomi oleh masyarakat yang bermata pencarian nelayan, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat harus bersinergi dengan konsep Green Economy. Dimana pencarian ikan oleh nelayan harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan dan tetap menjaga kelestarian ekosistem laut. Pemerintah telah menangani masalah ini dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di WPP â NRI dan Laut Lepas serta Penataan Andon Penangkapan Ikan. Pemerintah tetap melakukan pengawasan terhadap penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab (illegal fishing) yakni penangkapan ikan berlebihan yan dapat menyebabkan penurunan populasi ikan dengan cara-cara yang merusak dan merugikan kelestarian ekosistem perairan. Cara penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak seperti bom ikan atau bahan beracun atau menggunakan setrum yang dapat merusak sumber daya kelautan dan perikanan harus dihindari.
Di samping potensi perikanan di Kota Padang, potensi Blue Economy lainnya adalah Pantai Padang dengan keindahannya yang dapat menjadi destinasi wisata untuk segala usia. Kita sebagai warga Kota Padang patut bersyukur karena Kota Padang tercinta yang terletak di pesisir pantai barat Pulau Sumatra, dengan posisi membentang menghadap langsung ke Samudera Hindia, juga dianugrahi garis pantai yang membujur sepanjang 84 km. Kondisi geografis tersebut, membuat Pantai Padang tidak pernah tenang, ombaknya yang selalu berisik dan agak liar. Namun kondisi ini menjadi pesona tersendiri dari Pantai Padang. Anugrah Tuhan yang tidak dimiliki oleh semua daerah. Pemandangan pantai adalah keindahan Tuhan yang tidak terbantahkan. Tidak akan ada orang yang tidak menyukai keindahannya terutama pada saat sunset, kondisi dimana matahari tenggelam di ujung pantai sana. Bahkan ada orang yang akan rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit hanya untuk datang ke tempat dimana ia bisa menyaksikan sunset secara langsung.
Siapa yang tidak kenal Pantai Padang atau lebih populer di kalangan warga Kota Padang dengan istilah Taplau (Minang: Tapi Lauik disingkat jadi Taplau). Pantai Padang yang terletak di Jalan Samudera, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang menjadi salah satu destinasi favorit masyarakat baik di Kota Padang maupun luar Kota Padang bahkan manca negara.
Kita bisa menyaksikan tingginya minat warga di luar Kota Padang untuk menjadikan Pantai Kota Padang sebagai destinasi yang wajib dikunjungi jika mereka ke Kota Padang. Hal itu dapat diamati dari arus pengunjung yang semakin tinggi apabila memasuki momen liburan terutama pada saat libur Hari Raya Idul Fitri yang cukup panjang. Potensi wisata ini memberi kontribusi dalam menghidupi warga masyarakat melalui usaha berdagang di sekitar Pantai Padang. Namun demikian masyarakat harus tetap menjaga konsep sinergitas Blue Economy dan Green Economy. Caranya adalah dengan tetap menjaga kebersihan pantai dengan tidak membuang sampah sembarangan karena selain merusak keindahan pantai juga dapat mencemari laut, terutama sampah plastik. Karena sampah plastik yang berakhir di laut dapat merusak habitat dan ekosistem laut.
Sampah plastik sendiri selain berbahya untuk ekosistem laut juga berbahaya bagi ekosistem darat. Sampah plastik yang sulit terurai, jika dibuang sembarangan dapat mencemari air tanah. Zat kimia yang terkandung dalam plastik, seperti bifenol poliklorinasi dan peptisida dapat meracuni dan merusak habitat mahluk hidup sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini serta dalam rangka mendukung konsep Green Economy, Kota Padang telah menggalakkan program Bank Sampah.
Bank Sampah memberikan manfaat yang sangat banyak. Faktor yang menarik dengan keberadaan Bank Sampah adalah memberi tambahan pendapatan bagi masyarakat, karena masyarakat mendapatkan tambahan pedapatan dari sampah yang mereka kelola dan kumpulan. Setiap kategori sambah yang disetorkan pada Bank Sampah dihargai dengan nominal yang berbeda-beda. Sampah plastik sendiri sebagai sampah terbanyak yang dihasikan masyarakat juga dihargai dengan nominal uang. Hal ini membuat masyarakat bersemangat untuk mengumpulkan dan mengelola sampah mereka. Sampah plastik yang biasanya dibuang sembarangan, kini bernilai ekonomi. Sampah plastik dapat dikumpulkan, dikelola dan disetorkan masarakat ke Bank Sampah. Dengan demikian Bank Sampah juga telah berperan besar dalam menjaga lingkungan, karena dapat membantu mengurangi penumpukan sampah dan mencegah pencemaran lingkungan. Jadi selain manfaat ekonomi, keberadaan Bank Sampah juga memiliki kontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga lingkungan tetap bersih, hijau dan sehat.
Selain potensi Blue Economy yang difokuskan pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di sektor kelautan, seperti perikanan dan budi daya laut serta pariwisata, terdapat potensi lain yang bisa dikembangkan di Indonesia, termasuk Kota Padang.
Untuk Kota Padang, gelombang air laut bisa menjadi sumber daya Blue Economy yang cukup potensial Kondisi geografis Kota Padang membuat Pantai Padang tidak pernah tenang, ombaknya selalu berisik dan agak liar. Jika dimanfaatkan, energi gelombang laut menyimpan potensi yang bisa mencapai hingga 17,9 gigawatt.
Potensi sinergitas Blue Economy dan Green Economy lain yang juga dapat dikembangkan, adalah menggabungkan konservasi hutan bakau dengan pembangunan ekonomi masyarakat setempat. Selain melindungi garis pantai dari abrasi, Bakau juga menjadi habitat bagi perkembangan berbagai jenis biota laut dan spesies ikan yang penting bagi nelayan setempat. Konservasi bakau, akan meningkatkan populasi ikan dan menghasilkan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat. Peluang ekonomi yang dapat dihasilkan dari konservasi Bakau adalah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kayu bakar, arang, dan kertas.
Potensi lain yang bisa dikembangkan adalah budidaya rumput laut. Rumput laut adalah salah satu komoditas unggulan yang menjadi kebutuhan utama dari berbagai produk, antara lain makanan, kosmetik dan bahan kimia. Budidaya rumput laut akan menghasilkan peluang ekonomi yang cukup menjanjikan bagi masyarakat setempat, selain dapat bermanfaat untuk konservasi sumber daya laut.
Bukan hal mudah untuk memaksimalkan pemanfaatan semua potensi Blue Economy yang bersinergi dengan Green Economy, untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Selain komitmen, dibutuhkan berbagai persiapan yang tidak murah untuk mendukung sinergitas kedua konsep tersebut. Peran Pemerintah Kota Padang sangat dibutuhkan. Selain dukungan dana, sosialisasi, kontrol dan pengawasan wajib dilakukan, untuk memastikan agar pemanfaatan potensi Blue Economy tidak menjadi eksploitasi sumber daya kelautan secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan konsep Green Economy. Melalui prinsip Blue Economy, kekayaan laut seharusnya dikelola secara bijak dan berkelanjutan, serta memastikan untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan lingkungan serta menjamin bahwa manfaat dari potensi sumber daya kelautan harus berkelanjutan, tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga dapat dirasakan oleh generasi mendatang.